Selasa, 20 Desember 2011

Tak Akur Tapi Sayang

Diposting oleh Lovita Putri Ramdhani di 07.18

 Sebenarnya ini tugas cerpen di sekolah, iseng aja deh sekalian di upload disini. enjoy it guys :)






Ups! Kruyukruyukruyuk. Irama sinyal perutkku yang bisa dibilang ‘kocak’ meraung ingin diisi makanan.Aku pun beranjak,lalu menju dapur.Tak ada sebutir nasi pun di atas meja. Kulkas di pojok ruangan menarik perhatian. Aku meraih gagang pintunya yang bermodel dua sisi kanan kiri itu.

Hanya ada roti, selai coklat, dan sebotol susu dingin rasa coklat. Enaknya diapain ya?gumamku. Tak lama kemudian, sepiring dengan dua helai roti serta secangkir susu hangat siap disantap.
Tapak kaki menuntunku melewati anak tangga untuk kembali ke kamar setelah mengganjal perut. Secangkir susu sisa tadi turut kubawa. Angin AC menerpa wajahku saat aku mulai memasuki kamarku yang bernuansa pink nila ini. Ohya. Kenalin namaku Cinta, kakak pertama dari 3 bersaudara yang lahir dari rahim seorang mama yang sibuk sekali dengan karir travelnya.
Rumah tingkat 2 yang bisa dibilang sangat nyaman. Teman – temaku suka bermain ke sini. Ada yang bilang buat ‘ngadem’ lah, ada yang bilang mau numpang Wi-Fi lah, kenapa gak ada yang bilang karena kangen aku?hehe. Ya, rumahku memang dilengkapi fasiltas Wi-Fi. Disinilah aku tinggal bersama keluargaku.
Seperti biasa, dengan tubuh tengkurap dan wajah menatap sinar layar laptop mulai kulakukan. Inilah kebiasaanku kalau lagi bosan. Buka Twitter, facebook, ataupun blogger.Terkadang aku membuka situs – situs ilmu pengetahuan dan hot news tentang selebriti.
Beberapa menit kemudian, aku merasa ingin buang air kecil. Dengan setengah berlari aku menuruni tangga menuju kamar mandi. Akhirnya lega. Disaat aku buka pintu, tiba – tiba.. “AAAAAAA!” jeritku nyaring sekali. Sesosok cewek berambut keriting mengejutkanku di depan pintu kamar mandi.
Lalaaa kriwuuul!” aku mencoba mengejarnya dengan muka geram karena  tingkah lakunya. Dia adek cewekku yang paling nyebelin sedunia,namanya Lala. Ah, nggak bisa digambarin deh gimana pusingnya punya adik seperti dia. Terkadang dia menjadi penyebab dari omelan mama terhadapku.
Dengan nafas tersenggal – senggal, tubuhku terhempas di atas sofa. Aku menyerah untuk mengejar Lala. Dia tertawa terbahak – bahak dengan wajah mengejek karena melihat ekspresi wajah kagetku tadi. Menjengkelkan sekali. Rasa haus menggerogoti kerongkonganku. Kuambil segelas air putih dan kuteguk perlahan – lahan.
Sudahlah, takkan kuhiraukan lagi dia. Hawa di luar panasnya terasa menyengat sekali. Akhirnya, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Udara dinginnya Air Conditioner yang biasa disebut AC berhembus menerpa wajahku,oh sejuknya. Ini yang membuatku teringat akan dampak Global Warming. Kasihan sekali bumi ini, tak kusadari, dengan menyalakan  pendingin ruangan, aku bisa membantu menjadi sebab lapisan Ozon makin menipis dan bumi menjadi semakin panas.
Kurebahkan tubuhku, masih dengan perasaan kesal kepada Lala. Pikiranku tiba – tiba melayang teringat kejadian waktu Lala masih kelas 1 SD dan saat itupun aku masih menginjak kelas 4 SD.  Siang itu aku baru pulang sekolah. Kuintip Lala sedang tidur pulas dikamarnya, dia pulang sekolah lebih awal. Karena aku merasa capek, aku pun juga tertidur.
Saat aku terbangun ternyata Lala sudah tidak ada di tempat tidurnya. Aku turun ke lantai bawah, aku bertanya kepada Yuk Ni yang bantu bantu di rumah. “Yuk Ni, dek Lala kemana?” tak pernah aku merasa khawatir pada Lala sebelumnya, “Lala lagi main sama teman – temannya diluar..”.
Entah kenapa aku ingin menunggunya. Aku duduk di ruang tamu sambil memakan beberapa camilan di meja. Tiba – tiba Lala pulang dengan tangan memegang dagunya, darah berlumur di sebagian tangan dan bajunya. “Lala, kamu kenapa?”tanyaku cemas,”Tadi aku jatuh dari sepeda roda dua kak,”dengan santai dia menjawab. Dengan perlahan aku membuka tangannya yang menutupi dagunya, “Astaghfirullah Lalaaa..” aku sedikit terisak. Dagunya sobek dan daging dalam seakan mau lepas. Saat itu Lala tidak menangis, malah aku yang menangis. “Lala, coba deh liat ke kaca,”aku kacau,aku kebingungan mencari pertolongan. Bagaimana ini? Hanya pertanyaan itu yang terngiang di kepalaku.

Akhirnya, tetangga sebelah dengan baik hati mengantarkan Lala ke Rumah Sakit. Aku sangat cemas, tak ada keinginan untuk mandi, hanya harapan menungu Lala di rumah. Aku menangis sekencang – kencangnya, “Ya Allah tolong Lala !Tolong Lala, huhuhuhu ” isakku, berdoa terus menerus pun yang hanya bisa kulakukan.
Setelah sholat magrib, dengan mata masih sembab aku turun ke bawah. Mobil mama akan terparkir di garasi rumah. Setelah terpakir, Lala keluar dengan perban kassa didagunya .Kasian ya?,aku memeluknya. Dia punya jadwal khusus untuk kuwawancarai. Aku membantu mama menurunkan barang – barangnya dari mobil.
Setelah selesai aku menghampiri ela untuk diwawancarai. “La, dijahit? Dijahit berapa?” aku penasaran. “eem..,7 jahitan kak,” dengan artikulasi yang kurang jelas jadi kurang terdengar. Dari kejauhan mama berteriak “Cintaaa.. Lala jangan diajak ngomong dulu, kasihan masih sakit,” aku menanggapnya “Iyaa maaa.”. Kalau dilihat – lihat sih memang aku yang aneh, orang dagunya lagi sakit kok diajak ngomong.haha
Lamunanku buyar saat Lala menggedor pintu kamarku. “Kak Cintaa, ini aku beliin somay, mau nggak?” tawarannya. Aku kaget, tumben banget deh si Lala membelikanku somay. Aku bergegas membukakan pintu. “Makasih ya adekku sayaang,” senyum manisku terlukis di wajah. “Makan bareng yok kak?” ajaknya, “Ayoook.” aku menannggapinya dengan hati gembira.
Kita makan somay dengan lahapnya. Kalau akur sebenarnya kita cantik – cantik lho ,hehe. Sebenarnya, kalau punya saudara itu meskipun nggak akur tapi tetep saling sayang, karena kita itu dilahirkan untuk saling melengkapi dan membutuhkan. :) 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Life Must Go On Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos